Sosialisasi Anti-Bullying di Tiga SD Delanggu

Nature

Sosialisasi Anti-Bullying di Tiga SD Delanggu

Rabu, 16 Juli 2025, Juli 16, 2025
Sosialisasi Anti-Bullying di Tiga SD Delanggu


KLATEN-Faktaliputan.com
Tiga Sekolah Dasar di wilayah Delanggu melaksanakan sosialisasi anti-bullying pada pagi hingga siang hari. Kegiatan ini terselenggara atas kolaborasi antara Yupi sebagai produsen permen sari buah dan tim edukasi Yupi Let’s Speak Up. Rangkaian acara dimulai sejak siswa memasuki kawasan sekolah hingga menjelang adzan dzuhur. Kebersamaan antara penyelenggara, guru, dan peserta menjadi pondasi utama keberhasilan kegiatan (16/07/2025).

Awalnya, Selasa kemarin sosialisasi Yupi Let’s Speak Up dijadwalkan di SDN 3 Delanggu terlebih dahulu, pada siang hari. Namun karena adanya pertemuan mendadak antara pihak sekolah dan wali murid akhirnya memaksa perubahan jadwal. Dan baru bisa di gelar pada pagi ini, akibatnya, pelaksanaan di SDN 2 Gatak dan SDN 1 Kepanjen juga mengalami pergeseran waktu secara berurutan. Meskipun demikian, perubahan tersebut tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas materi yang disampaikan.



Kondisi lapangan seringkali dinamis dan menuntut fleksibilitas dari semua pihak. Meskipun Memorandum of Understanding (MOU) telah ditandatangani, situasi riil di sekolah dapat berubah dalam sekejap. Proses reschedule ini membutuhkan komunikasi terbuka antara Yupi, tim edukasi, dan pihak sekolah. Kesediaan untuk beradaptasi menjadi kunci agar kegiatan tetap berjalan tertib dan efektif.

Permitter Yupi menyampaikan bahwa perubahan seperti ini termasuk dalam kategori special case yang biasa terjadi. Tim Yupi memahami bahwa setiap sekolah memiliki kepentingan dan prioritas tersendiri yang dapat berubah mendadak. Oleh karena itu, sikap bijaksana dan saling memaklumi menjadi prinsip utama dalam berkoordinasi. Komitmen Yupi adalah memastikan penyampaian materi anti-bullying tetap sesuai harapan, tanpa mengorbankan esensi edukasi.



Selain itu, Yupi menekankan pentingnya kemitraan jangka panjang yang berbasis pada kepercayaan. Ketika pihak sekolah membutuhkan penyesuaian jadwal, Yupi siap memberikan opsi alternatif tanpa mengganggu rencana pelaksanaan. Dengan memegang teguh prinsip fleksibilitas, tim Yup Let’s Speak Up dapat menata ulang agenda dengan cepat (Reschedule) Hal ini menunjukkan profesionalisme dan dedikasi tinggi dalam menjalankan program edukasi.

Pelaksanaan program di tiga sekolah berjalan secara berurutan sejak pagi hingga menjelang siang. Masing-masing sekolah menyambut tim edukasi Yupi Let’s Speak Up dengan antusiasme yang tinggi. 
Pelaksanaan sosialisasi anti-bullying di tiga sekolah dasar di Delanggu berlangsung bak alur cerita yang padu dan berwarna. Di SDN 3 Delanggu, tim edukasi memecah kebekuan pagi dengan rangkaian ice-breaking, mengajak siswa bermain dalam kelompok kecil untuk menumbuhkan rasa saling percaya. Dari sana berlanjut ke cerita story telling dan simulasi yang memaparkan berbagai bentuk bullying, mulai dari ejekan hingga penyingkiran, lalu diskusi kelompok yang menantang anak-anak merumuskan cara menolong teman yang menjadi korban. Metode ini tak sekadar mentransfer informasi, melainkan mengajak mereka mengalami empati dan mengenali kekuatan bersama saat menghadapi ketidakadilan.



Perpindahan ke SDN 2 Gatak menghadirkan nuansa lain, sesi roleplay. Di sela tawa dan keseruan, siswa secara bergantian berperan sebagai korban, pelaku, maupun saksi perundungan. Guru dan relawan berdiri di pinggir panggung kecil itu, memandu dialog terbuka agar setiap anak berani menyatakan perasaannya. Dengan sentuhan nilai empati dan tanggung jawab sosial, materi yang terkadang abstrak menjadi nyata, anak-anak belajar bahwa menghentikan bullying bukan hanya tugas korban, tapi kewajiban seluruh komunitas sekolah.

Semangat di SDN 1 Kepanjen juga tak kalah seru dan antusias, disana tim edukasi Yupi Let’s Speak Up juga menggelar kegiatan serupa, tak hanya session story telling dan simulasi, menjelang akhir sesi, setiap siswa berkumpul dalam barisan dan membentangkan spanduk MMT yang berisi tulisan “ Stop Bully Ayo Peduli” tampak bahwa pesan moral yang disampaikan seolah berkata Teman sejati tak pernah membully, ini adalah pengingat hidup bahwa persahabatan tumbuh dari sikap saling menghormati di antara sesama.


Ketiganya bukan sekadar rangkaian acara yang berurutan, melainkan triptik pendidikan yang saling menyempurnakan. Ice-breaking dan cerita di Delanggu membangkitkan kesadaran, roleplay di Gatak menguatkan keberanian, sementara kreativitas di Kepanjen merangkum pesan keindahan solidaritas. Dengan pendekatan yang bersinergi, anak-anak tak hanya paham konsep anti-bullying, tapi juga merasakannya dalam tindakan sehari-hari. Semoga jejak edukatif ini terus mengalir, menjadi budaya baru di setiap sudut sekolah.

Anak-anak menunjukkan antusiasme tinggi sejak awal hingga akhir acara. Mereka aktif bertanya, bereksperimen dalam roleplay, dan bersemangat dalam simulasi dan story telling. Para guru juga memberi respons positif karena materi berjalan sesuai kebutuhan siswa. Kerja sama antara semua elemen sekolah berhasil menciptakan suasana hangat dan edukatif.

Menjelang adzan dzuhur, kegiatan di sekolah ketiga SDN 1 Kepanjen ditutup dengan siraman confetti dan yel-yel anti-bullying yang lantang. Momen ini menjadi simbol kebersamaan dan semangat melawan perundungan. Orang tua, guru, dan penyelenggara pun sepakat bahwa program ini memberikan dampak positif. Harapannya, materi yang tersampaikan mampu tumbuh menjadi budaya saling menghargai di lingkungan sekolah.

Sosialisasi anti-bullying di SDN 3 Delanggu, SDN 2 Gatak, dan SDN 1 Kepanjen menunjukkan pentingnya kolaborasi antar-pihak. Penyesuaian jadwal yang terjadi menegaskan kebutuhan akan fleksibilitas di lapangan. Komitmen Yupi dan profesionalisme tim edukasi memastikan materi tetap tersampaikan dengan baik. Antusiasme anak-anak menjadi barometer keberhasilan program.


Kedepan, program seperti ini idealnya semakin dioptimalkan dengan jadwal yang lebih adaptif. Sekolah dan pihak penyelenggara perlu menyiapkan rencana cadangan untuk mengantisipasi perubahan. Dengan begitu, esensi edukasi anti-bullying dapat terus diperkuat tanpa hambatan teknis. Semoga inisiatif ini memupuk budaya saling menghargai dan mencegah bullying di setiap jenjang pendidikan.

( Pitut Saputra )

TerPopuler