![]() |
Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA., Ph.D. - Foto Istimewa |
“Mengarungi Gelombang Iman: Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono Resmi Sandang Gelar Doktor Teologi di STAK Teruna Bhakti Yogyakarta”
Yogyakarta, 10 Juli 2025
– Dalam sebuah momen yang penuh haru dan
spiritualitas, Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, SH., LL.M., M.Mar., DBA., Ph.D.,
resmi menyandang gelar Doktor Teologi dari Sekolah Tinggi Agama Kristen
(STAK) Teruna Bhakti Yogyakarta. Prosesi wisuda berlangsung megah dan khidmat
di Ballroom Asthwini – Hotel TARA Yogyakarta, disaksikan oleh keluarga
besar, sivitas akademika, rekan sejawat, serta para tamu undangan dari berbagai
latar belakang profesi.
Keberhasilan ini bukan hanya sekadar
puncak akademik, melainkan juga menjadi kesaksian iman yang hidup—sebuah
bukti nyata bahwa di tengah tantangan berat sekalipun, kasih dan penyertaan
Tuhan tetap bekerja dengan cara-Nya yang ajaib.
Dari Kemudi Kapal ke Mimbar Akademik
Sebagai seorang nakhoda kapal offshore
yang bertugas melayani rig pengeboran minyak lepas pantai di kawasan Brunei
Darussalam, Capt. Eddy menjalani kehidupan yang penuh dinamika. Rutinitasnya
jauh dari kenyamanan ruang kelas konvensional. Ia harus menghadapi sinyal
internet yang minim, jadwal kerja tak menentu, dan ombak laut
yang tak pernah bisa diprediksi.
Dalam sambutannya, Capt. Eddy
mengungkapkan bahwa perjalanannya meraih gelar doktor bukanlah jalan yang
mudah. Ia menempuh studi teologi selama tiga tahun, menyelesaikan semua tugas
akademik di tengah lautan, dan sering kali mengandalkan lampu kecil dan doa
dalam kesunyian ruang kemudi untuk menyelesaikan kuliah malamnya.
"Ada malam-malam panjang ketika
saya harus menyelesaikan tugas kuliah di ruang kemudi, di tengah gelombang
laut, hanya ditemani lampu kecil dan doa yang saya panjatkan dalam hati,"
ujarnya penuh refleksi.
Namun, di tengah semua keterbatasan
itu, justru di sanalah tangan Tuhan bekerja nyata. Ketekunan, doa, dan
kepercayaan yang kokoh menjadi jangkar utama dalam setiap langkahnya.
Bukan Sekadar Gelar, Tapi Panggilan
Iman
Gelar doktor teologi yang disandang
Capt. Eddy bukanlah simbol status, melainkan panggilan spiritual. Dalam
perjalanannya, ia menemukan bahwa pelayanan bukan hanya tugas para rohaniwan,
melainkan juga milik semua profesi yang mau taat dan bersedia dipakai Tuhan.
“Melalui studi ini, saya juga belajar
satu hal penting: bahwa penginjilan, pengajaran, dan pelayanan bukan hanya
tugas para rohaniwan, tetapi juga panggilan bagi setiap profesional di bidang
masing-masing,” ujarnya dalam sambutan yang menyentuh
hati para hadirin.
Pernyataan ini menegaskan bahwa iman
dan profesi tidak seharusnya dipisahkan. Seorang pelaut, dosen, pengusaha,
bahkan ibu rumah tangga, semuanya bisa menjadi alat Tuhan—asal mereka bersedia
membuka diri dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Kekuatan Komunitas dan Doa
Di balik keberhasilannya, Capt. Eddy
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar BILD IKN, yang
telah memberinya dukungan spiritual, moral, dan akademik selama proses studi.
Ia menyebut komunitas ini sebagai "tangan-tangan Tuhan yang nyata",
yang membantu meneguhkan langkahnya setiap kali mulai goyah.
Tak hanya itu, ia juga menekankan
betapa pentingnya ketaatan dan penyerahan diri kepada Tuhan, terutama
ketika logika manusia tak lagi bisa menjawab tantangan hidup.
"Jika Tuhan memanggil kita untuk
berjalan dalam suatu jalan, maka Dia akan menyediakan kekuatan dan jalan
keluarnya. Saya hanya perlu taat, percaya, dan terus melangkah,"
tegasnya.
Firman dalam Yesaya 40:31 menjadi ayat
penopang selama proses ini:
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru:
mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka
berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono & Keluarga - Foto Istimewa
Wisuda yang Lebih dari Seremonial
Prosesi wisuda di Hotel TARA bukan
hanya sekadar pengalungan medali dan penyematan toga. Momen tersebut menjadi panggung
penyataan kasih Tuhan, tempat di mana iman, kerja keras, dan harapan
bertemu dalam keindahan penyertaan Ilahi.
Dalam suasana haru dan spiritual,
banyak hadirin yang menitikkan air mata saat Capt. Eddy menyampaikan
sambutannya. Bagi banyak orang, ia bukan hanya figur akademisi atau pelaut
berprestasi, melainkan juga panutan iman yang hidup.
“Hari ini saya berdiri di hadapan Anda
semua bukan karena hebatnya saya, tetapi karena Tuhan yang luar biasa. Semua
ini hanya karena anugerah-Nya,” tutupnya dengan rendah hati.
Inspirasi Bagi Generasi Muda
Kisah Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono
adalah narasi inspiratif bagi generasi muda Indonesia, terutama bagi
mereka yang merasa terjebak dalam keterbatasan. Di tengah tantangan zaman dan
tekanan hidup, kisah ini menjadi pelita bahwa iman yang teguh dan kerja
keras tak akan pernah sia-sia.
Dunia saat ini, kata Capt. Eddy, tidak
membutuhkan lebih banyak orang yang sekadar pandai. Dunia butuh lebih banyak
orang yang terang — yang hidupnya mampu memberi makna bagi orang lain.
“Mari kita terus melangkah dalam iman,
belajar dengan semangat, dan melayani dengan kasih — karena dunia ini
membutuhkan lebih banyak terang, dan terang itu adalah kita,”
serunya, disambut tepuk tangan yang meriah dari seluruh ruangan.
Panggilan Bagi Semua Profesi
Gelar-gelar akademik yang melekat di
belakang nama Capt. Eddy — mulai dari SH., LL.M., M.Mar., DBA., hingga Ph.D. —
bukan sekadar deretan huruf, melainkan representasi dari integrasi iman dan
keahlian profesional.
Sebagai dosen, pelaut, dan kini
teolog, Capt. Eddy membuktikan bahwa pelayanan tidak dibatasi mimbar gereja
saja, melainkan bisa menjangkau ruang-ruang kerja, ruang kelas, ruang
mesin, bahkan ruang kemudi kapal.
"Tuhan tidak memilih orang yang
sempurna, tetapi Ia menyempurnakan orang yang mau dipakai-Nya,"
ucapnya sambil menegaskan pentingnya hidup dalam ketaatan.
Akhir Sebuah Perjalanan, Awal Sebuah
Misi Baru
Kini, setelah resmi menyandang gelar
Doktor Teologi, Capt. Eddy memiliki misi baru. Ia berkomitmen untuk terus
membagikan nilai-nilai iman dalam setiap lini kehidupannya — baik sebagai
dosen, pembicara, pembina rohani, maupun pelayan masyarakat maritim.
Ia juga menyampaikan kerinduan untuk melahirkan
generasi profesional yang rohani, yaitu orang-orang yang tidak hanya unggul
dalam keterampilan, tetapi juga memiliki dasar iman yang kuat dan hati yang
melayani.
Penutup
Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono bukan
sekadar tokoh akademik atau profesional maritim. Ia adalah kesaksian hidup
tentang bagaimana kasih Tuhan bekerja melampaui batas logika manusia.
Perjalanan doktoralnya menjadi kisah nyata bahwa iman bisa berlayar jauh,
bahkan melintasi samudera kehidupan, asalkan kemudi kehidupan selalu diarahkan
pada Tuhan.
Kisahnya bukan hanya layak dibaca,
tetapi juga untuk direnungkan dan diteladani. Karena pada akhirnya, seperti
yang diyakininya, hidup bukan soal seberapa tinggi kita mendaki, tetapi seberapa
dalam kita mengakar pada Tuhan.
******
Salam Redaksi,.