• Jelajahi

    Copyright © Fakta Liputan Indonesia
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Halaman

    Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono Soroti Urgensi Etika dan Ketahanan Sosial dalam Pemanfaatan AI

    Rabu, 31 Desember 2025, Desember 31, 2025 WIB Last Updated 2025-12-31T06:14:27Z
    masukkan script iklan disini
    Keterangan Foto:
    Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA., Ph.D. menerima sertifikat sebagai narasumber dalam Bincang Online Inspiratif (BIONS) Seri 287 bertema “Etika, Regulasi, dan Ketahanan Sosial: Fondasi Pengamanan Teknologi AI bagi Masa Depan”, yang diselenggarakan secara daring pada 20 Desember 2025.


    FAKTALIPUTAN.COM, JAKARTA - 2025

    Kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari dunia industri, pendidikan, hingga pengambilan keputusan publik, AI kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Namun di balik potensi besar tersebut, tersimpan pula tantangan serius yang menuntut perhatian bersama. Hal inilah yang menjadi tema utama dalam Bincang Online Inspiratif (BIONS) Seri 287 yang digelar secara daring pada Sabtu, 20 Desember 2025.


    Pada kesempatan tersebut, Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA., Ph.D. hadir sebagai narasumber dan menyampaikan pemikiran kritis mengenai pentingnya etika, regulasi, serta ketahanan sosial sebagai fondasi utama dalam pengamanan teknologi AI di masa depan. Forum ini diikuti oleh peserta dari beragam latar belakang, mulai dari akademisi, praktisi, hingga masyarakat umum yang memiliki perhatian terhadap isu teknologi dan kemanusiaan.


    Dalam paparannya, Prof. Eddy menegaskan bahwa AI bukan sekadar inovasi teknis, melainkan kekuatan strategis yang mampu membentuk ulang struktur sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, pemanfaatan AI tidak boleh dilepaskan dari nilai-nilai moral dan tanggung jawab sosial. Ia mengingatkan bahwa tanpa kerangka etika yang jelas, teknologi canggih justru berpotensi menimbulkan masalah baru, seperti pelanggaran privasi, ketimpangan sosial, hingga hilangnya nilai-nilai kemanusiaan.


    “Teknologi selalu berkembang lebih cepat dibandingkan kesiapan manusia. Di sinilah etika berperan sebagai penyeimbang agar kemajuan tidak melampaui batas kemanusiaan,” ungkapnya.


    Lebih lanjut, Prof. Eddy mengulas pentingnya regulasi sebagai instrumen pengarah. Menurutnya, regulasi AI harus dirancang secara adaptif, sejalan dengan dinamika perkembangan teknologi global. Regulasi yang baik bukan untuk membatasi inovasi, melainkan untuk memastikan bahwa inovasi tersebut memberikan manfaat luas dan tidak merugikan masyarakat.


    Ia mencontohkan berbagai upaya internasional yang mulai merumuskan kebijakan AI secara komprehensif, dengan menempatkan aspek keamanan, transparansi, dan akuntabilitas sebagai prioritas utama. Indonesia, menurutnya, juga perlu bergerak aktif agar tidak hanya menjadi pengguna, tetapi turut menjadi penentu arah kebijakan teknologi di tingkat nasional dan regional.


    Selain aspek etika dan regulasi, Prof. Eddy memberi perhatian khusus pada isu ketahanan sosial. Ia menjelaskan bahwa penerapan AI secara masif dapat memicu perubahan besar dalam dunia kerja, pola interaksi sosial, hingga kesehatan mental masyarakat. Tanpa kesiapan yang memadai, disrupsi teknologi dapat menimbulkan kecemasan, resistensi, dan konflik sosial.


    “Ketahanan sosial bukan hanya soal bertahan, tetapi kemampuan masyarakat untuk beradaptasi, belajar, dan tumbuh bersama teknologi,” jelasnya.


    Ia menekankan peran strategis pendidikan dalam membangun ketahanan tersebut. Pendidikan tidak cukup hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga harus menanamkan literasi digital, pemahaman etika, dan penguatan karakter. Dengan demikian, generasi mendatang tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pengelola yang bijaksana.


    Diskusi dalam BIONS Seri 287 berlangsung dinamis. Peserta aktif mengajukan pertanyaan terkait kesiapan sumber daya manusia, tantangan regulasi nasional, serta peran individu dalam menjaga etika di ruang digital. Prof. Eddy menanggapi dengan pendekatan reflektif, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat sipil.


    Sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi pemikiran yang disampaikan, panitia BIONS memberikan sertifikat penghargaan kepada Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono sebagai narasumber. Sertifikat tersebut ditandatangani oleh Dr. Agung Patera selaku CEO BIONS Series, sebagai simbol penghargaan atas dedikasi dan inspirasi yang dibagikan kepada publik.


    Menutup sesi, Prof. Eddy mengajak seluruh peserta untuk bersikap aktif dan kritis terhadap perkembangan AI. Ia menegaskan bahwa masa depan teknologi tidak boleh dibiarkan berjalan tanpa arah nilai. Manusia harus tetap menjadi pusat dari setiap inovasi.


    “AI adalah alat, bukan tujuan. Tujuan kita tetap sama, yakni membangun peradaban yang adil, bermartabat, dan berkelanjutan,” pungkasnya.


    Melalui penyelenggaraan BIONS Seri 287 ini, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan AI yang beretika dan bertanggung jawab semakin meningkat. Forum ini menjadi ruang refleksi bahwa kemajuan teknologi sejatinya harus berjalan seiring dengan kebijaksanaan manusia.

    Salam Redaksi,.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini