Mengulas kembali Aksi Heroik Pelaut Indonesia di Laut Andaman.

Nature

Mengulas kembali Aksi Heroik Pelaut Indonesia di Laut Andaman.

Rabu, 30 Agustus 2023, Agustus 30, 2023
Faktaliputan.com - Kemaman Malaysia
30 Agustus 2023

Menjadi seorang pelaut merupakan suatu kebanggan sekaligus suatu tantangan tersendiri bagi siapapun yang berpofesi sebagai pelaut. Bagaimana tidak, pekerjaan yang mengharuskan untuk berada jauh dari keluarga, sahabat dan lingkungan tempat dimana kita dibesarkan tidak jarang diperhadapkan dengan situasi yang krusial dan dilematis.
Hal inilah yang saya rasakan pada saat bekerja di atas kapal AHTS DP2 Hai Duong 38 sebagai Mualim 1/ Chief officer pada saat kapal berlayar dari Singapore menuju perairan Andaman Myanmar untuk projek pengeboran minyak lepas pantai. Dimana pada tanggal 7 Desember di pagi-pagi buta yaitu sekitar jam 05.30 LT, general alarm dibunyikan yang menandakan ada bahaya yang sedang melanda. Tanpa pikir panjang saya kemudian langsung mengenakan seragam kerja saya menuju ke ruang kemudi/anjungan kapal.
Sesampainya di anjungan saya bertemu dengan Nahkoda yaitu Capt. Christianto Soeparto yang juga merupakan WNI  telah berada di anjungan. Betapa terkejutnya saya ketika melihat ratusan orang yang telah berada di geladak kapal. Pada awalnya kami berfikir bahwa mereka adalah perompak yang ingin membajk kapal. Namun anggapan itu berubah setelah kami melihat banyak anak kecil dan bayi turut serta bersama rombongan itu.
Setelah berdiskusi dengan para crew, sayapun bersama Nahkoda dan beberapa awak kapal langsung menuju ke geladak kapal guna memastikan apa sebenarnya yang membuat mereka naik kekapal kami.

Sayapun mengintrogasi salah satu penumpang yang mengaku sebagai pimpinan kelompok mereka yang bernama Foyzul Kalam warga negara Myanmar etnis Rohingya. Menurutnya" mereka adalah pengungsi Rohingya Myanmar yang kabur dari Camp pengungsian di Srilanka dan hendak berangkat menuju Aceh, namun di tengah perjalan perahu yang mereka tumpangi mengalami kerusakan serta ada kebocoran pada sisi kanan perahunya".

Itulah yang mengakibatkan mereka nekat mendekat ke kapal kami dan menaiki kapal dengan sangat cepat. Pada saat itu kapal AHTS DP2 Hai Duong 38 sedang dalam proses menrik GHTG Rig bersama dengan Hai duong 29. Setelah para pengungsi berada dikapal, saya kemudian memerintahkan anak buah saya untuk menyiapkan makanan kepada para pengungsi. Setelah itu bersama dengan Nahkoda kami berkomunikasi dengan kantor pusat yang ada di Vietnam selaku pemilik kapal.

Dari hasil diskusi awal yang kami lakukan dengan pihak kantor, mereka memberikan arahan untuk menyuruh kembali para pengungsi ke Perahunya, dengan memberikan bahan makanan dan bahan bakar. Namun arahan itu dengan tegas kami dengan pertimbangan bahwa perahu yang ditumpangi oleh para pengungsi sudah bocor dan kemungkinan mereka akan tenggelam apabila dikembalikan ke perahunya.

Pada akhirnya setelah negosiasi panjang, pihak kantor pusatpun setuju untuk membiarkan para pengungsi berada di atas geladak kapal. Dari hasil penghitungan yang kami lakukan, ada sekitar 154 orang pengungsi yang terdiri dari 83 Pria, 40 Wanita, 8 anak perempuan serta 23 anak laki-laki termasuk bayi.

Singkat cerita pada jam 10.00 LT setelah melakukan negosiasi serta prosedur sesuai dengan SOP kami kemudian melepaskan tali towing kapal dan diperkenankan untuk membawa para pengungsi menuju titik pertemuan dengan kapal perang Myanmar di perairan Myanmar tepatnya di dekat pulau Myek Myanmar. 

Pada tanggal 8 Desember jam 08.00 tibalah kami di lokasi tempat pertemuan dengan kapal angkatan laut Myanmar. Kemudian beberapa orang anggota angkatan laut Myanmar yang di pimpin oleh seorang kolonel naik ke kapal dan mendiskusikan tentang proses pemindahan para pengungsi ke kapal perang Myanmar. 

Akhirnya para pengungsi berhasil dinpindahkan ke kapal perang Myanmar tepat pada jam 10.30 LT. Pada saat itu berbagai media internasional memberitakan kejadian ini. Karena kejadian ini termasuk dalam isu internasional yang selama ini hangat di bicarakan yaitu perang Saudara yang mengakibatkan banyaknya etnis Rohingya yang ingin meninggalkan negaranya. 

Suatu kebanggaan menjadi salah satu dari 14 orang crew terdiri dari 3 orang warga Negara Indonesia dan 11 orang Warga Negara Vietnam yang menyelamatkan 154 orang pengungsi Rohingya Myanmar. Satu yang perlu di ingat, bahwa suatu pekerjaan sepenting apapun tidak akan sebanding dengan nyawa manusia. Jadi tempatkanlah sisi kemanusiaan diatas segalanya tanpa membedakan Suku Ras maupun Agama. 

(Capt.Arqam Bakri, M.Mar)

TerPopuler