• Jelajahi

    Copyright © Fakta Liputan Indonesia
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Halaman

    New Papella dan Tradisi Gotong Royong Hiburan di Pekarangan Warga.

    Pitut Saputra
    Sabtu, 22 November 2025, November 22, 2025 WIB Last Updated 2025-11-22T14:19:55Z
    masukkan script iklan disini

    New Papella dan Tradisi Gotong Royong Hiburan di Pekarangan Warga.

    KLATEN-Faktaliputan.com

    Di tengah ritme kehidupan sehari-hari yang padat, ada tradisi kecil namun bermakna yang terus hidup di RW 03 Kuncen Sidodadi, Delanggu, Klaten. Grup musik New Papella, paguyuban pecinta lagu-lagu lama dan tembang kenangan, kembali menghibur warga pada malam Minggu ini, di pekarangan rumah Bapak Hanung Triatmoko, sebelah barat Resto Outlet 77 Jl Kuncen Gang Radjito. Penampilan ini bukan sekadar acara musik biasa, ia sudah berubah menjadi napas komunitas, wadah silaturahmi, dan manifestasi gotong royong warga yang melibatkan semua pihak secara bergiliran (22/11/2025).


    Tradisi penampilan New Papella telah terjadwal rutin. Bahkan hingga Desember 2025, grup ini sudah terbooking penuh, untuk tampil bergiliran menghibur setiap pekarangan warga yang mendambakan suasana hangat dan akrab. Keunikan utama dari tradisi ini adalah konsep dari, oleh, dan untuk warga. Semua aspek penyelenggaraan ditanggung oleh warga setempat, panggung dipersiapkan bersama, konsumsi disumbangkan sukarela, dan penampil berasal dari komunitas itu sendiri, semua boleh ikut menyumbang lagu atau bernyanyi. Pemilik pekarangan hanya menyediakan ruang, sementara energi, kreativitas, dan biaya kecil datang dari tangan-tangan tetangga.


    Nuansa kebersamaan terlihat sejak persiapan. Warga saling berkoordinasi membersihkan halaman, menata kursi, memasang tikar sederhana, dan merangkai meja untuk makanan. Ada yang bertugas memasak, ada yang menyiapkan minuman, dan ada pula yang bertugas menjaga lalu lintas pejalan kaki sehingga acara bisa berjalan aman dan tertib. Semua itu dilakukan tanpa pamrih, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial untuk memastikan ada ruang bersama di mana orang bisa melepas lelah sejenak dan bernostalgia lewat tembang-tembang lama yang mengingatkan pada masa lalu.


    New Papella memainkan peran ganda, sebagai penghibur dan sebagai perekat sosial. Lagu-lagu cover yang dibawakan membawa kembali kenangan-kenangan lama yang seringkali membuat pendengar bergoyang ringan atau menyanyikan lirik bersama. Repertoar mereka bukan sekadar hiburan, ia berfungsi sebagai jembatan antar generasi, anak muda mendengar cerita musikal dari masa lalu, sementara generasi tua menemukan kenyamanan dalam nada-nada yang familiar. Momen menyanyi bersama menjadi ruang terbuka untuk berbagi tawa, cerita, dan bahkan beberapa kenangan hidup yang selama ini tersimpan.


    Salah satu aspek paling menyentuh dari tradisi ini adalah bagaimana warga secara sukarela menyumbangkan makanan, kue, dan snack. Tidak ada ketentuan formal tentang siapa memberi apa; semua dilakukan sesuai kemampuan dan niat. Ada yang membawa sepiring besar nasi ruwet, ada yang menyiapkan kue basah, sementara anak-anak menawarkan minuman ringan. Pola ini mempertebal rasa saling memiliki: ketika warga tahu acara akan berlangsung di rumah satu keluarga, mereka turut berkontribusi untuk membuat suasana nyaman dan meriah. Rasa memiliki dan tanggung jawab inilah yang membuat tradisi menjadi tahan lama.


    Manfaatnya tidak hanya bersifat rekreasional. Kegiatan seperti ini memperkuat jejaring sosial di lingkungan permukiman. Dalam kehidupan modern yang seringkali individualistis, ruang-ruang seperti pekarangan untuk berkumpul menjadi modal sosial yang berharga. Isu kecil sehari-hari, dari masalah keamanan lingkungan hingga bantuan saat musibah, lebih mudah diselesaikan ketika warga sudah terbiasa bertemu, bicara, dan bekerja bersama dalam suasana santai. Solidaritas yang terasah di panggung musik bisa berimplikasi pada aksi nyata ketika ada kebutuhan bersama.


    Keberlanjutan tradisi ini juga menunjukkan kapasitas masyarakat lokal untuk mengorganisir kegiatan tanpa bergantung sepenuhnya pada sumber daya eksternal. Dengan saling bergiliran menyelenggarakan acara, beban tidak jatuh pada satu atau dua pihak saja. Pengalaman ini sekaligus menjadi sekolah kecil tentang manajemen acara komunitas, pembagian tugas, pemanfaatan sumber daya lokal, hingga penanganan hal-hal teknis sederhana. Generasi muda yang terlibat belajar keterampilan sosial dan teknis yang berguna, mulai dari komunikasi sampai kebersamaan dalam bertanggung jawab.


    Harapan bagi banyak warga adalah agar tradisi ini terus hidup dan menjadi bagian dari identitas kolektif mereka. Kebiasaan berkumpul, menyanyi, dan bergotong royong memberi jeda berharga dari kepenatan hidup sehari-hari. Acara sederhana seperti pekarangan yang dipenuhi suara lagu dan tawa mampu menyegarkan pikiran, menguatkan hubungan antar tetangga, dan menumbuhkan rasa bahagia yang murah namun dalam makna. Semoga ritual kebersamaan ini tetap diwariskan, berkembang, dan menjadi inspirasi bagi lingkungan lain untuk memelihara ruang publik kecil yang penuh arti.


    Di akhir hari, ketika lampu-lampu taman mulai menyala dan alunan lagu berangsur reda, yang tertinggal bukan hanya sisa makanan atau kursi yang berantakan. Yang paling berharga adalah kenangan kolektif tentang kapan mereka tertawa bersama terakhir kali, tentang siapa yang mengangkat piring terakhir, dan tentang bagaimana sebuah pekarangan sederhana bisa menjadi panggung terbesar untuk rasa kebersamaan. New Papela dan warga RW 03 Kuncen Sidodadi telah menegaskan kembali satu hal sederhana namun krusial, hiburan yang digarap bersama bisa menjadi obat penawar lelah, perekat komunitas, dan ladang subur bagi semangat gotong royong.


    ( Pitut Saputra )

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini