Tradisi Ojol Menjenguk Rekan Sakit
KLATEN-faktaliputan.com
Sore ini segenap rekan driver ojol gabungan dari komunitas Delanggu Free Rider (DFR), Bc Pasar Baru, dan Bc Maxindo berkonvoi bersama untuk menjenguk salah seorang rekan yang baru diizinkan pulang setelah beberapa hari menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Delanggu. Konvoi itu berjalan hangat dan penuh rasa kebersamaan, menandai solidaritas antar-rekan yang selalu siap saling mendukung di saat susah maupun senang (12/10/2025)
Romo Darmawan Ketua Rombongan, Kunjungan Solidaritas Driver Ojol, menyatakan pada awak media “Menurut dokter, rekan kami tersebut didiagnosis menderita asma akut akibat kelelahan berkepanjangan, yang tidak disadari hingga membuatnya tumbang saat menempuh perjalanan jauh menggunakan motor di semarang. Kondisinya yang semakin memburuk hingga akhirnya memaksa dirinya dilarikan ke rumah sakit beberapa hari lalu karena sesak di dada yang tak tertahankan, hingga harus mendapat perawatan intensif beberapa hari, sebelum diperbolehkan pulang hari ini.” paparnya.
Sepulang dari rumah sakit, Yanto dikediamannya Kranggan Polanharjo, juga sempat menyampaikan rasa terima kasihnya yang mendalam atas solidaritas dan dukungan semangat dari rekan-rekan ojol, yang telah berkunjung. ia memilih untuk pasrah, berdoa, dan beristirahat sementara waktu dari aktivitas perojolan demi proses pemulihan. Ia berharap rekan-rekan terus mendoakan kesembuhannya dan berjanji akan kembali bergabung ketika kondisi kesehatan sudah benar-benar pulih sepenuhnya.
Romo Darmawan dari Bc Pasar Baru Delanggu menambahkan
“Tradisi menjenguk rekan yang sakit telah lama tumbuh dan menjadi nafas kehidupan komunitas ojek online.” terangnya. Lebih dari sekadar kunjungan, “Tindakan sederhana ini adalah bentuk nyata dari jaringan sosial yang saling menopang ketika satu dari mereka jatuh sakit. Di balik seragam, helm, dan tumpukan order harian, tersimpan solidaritas yang tak terlihat pada mata penumpang biasa, waktu, tenaga, dan perhatian diberikan tanpa pamrih untuk memastikan seorang rekan tidak merasa terasing pada masa paling rapuhnya.” terang Romo Darmawan antusias.
Dirinya menegaskan solidaritas ini terbentuk dari jalanan, dan kunjungan ke rumah sakit atau ke rumah pasien memang bukan semata ritual formalitas. Dalam praktiknya, kegiatan ini telah memadukan empati, kebersamaan, dan tanggung jawab kolektif. Para driver berkumpul bukan hanya untuk memberi bantuan materi seperti biaya obat atau transportasi, melainkan untuk menghadirkan kehadiran yang menenangkan. Kehadiran mereka mengirim pesan kuat bahwa komunitas ini adalah ruang aman di mana beban teman yang sakit dibagi bersama. Percakapan ringan, doa bersama, dan cerita-cerita lucu tentang pengalaman kerja menjadi obat yang meredakan kecemasan serta mempercepat proses pemulihan secara psikologis.
Kebiasaan tersebut juga menegaskan peran komunitas sebagai wahana pemersatu. Dalam pekerjaan yang sering bersifat individualistis, berkeliling kota mengantar penumpang dengan tujuan berbeda-beda, komunitas ojek online menjadi titik temu. Mereka berkumpul di luar jam kerja untuk berkoordinasi, bertukar informasi tentang rute dan promo, serta membahas isu-isu kesejahteraan. Namun ketika tradisi menjenguk muncul, aspek sosial itu berubah menjadi tindakan kolektif yang menempatkan kepedulian antar kawan diatas segala kepentingan sehari-hari. Hal ini memperlihatkan bahwa komunitas bukan hanya alat operasional kerja, tetapi juga medium sosial yang menjaga hubungan manusiawi.
Pengalaman hari ini melalui kebersamaan yang tercipta pada praktik menjenguk rekan juga memelihara nilai-nilai solidaritas dan saling percaya. Ketika seorang rekan sakit sampai harus istirahat dari mencari nafkah, kekhawatiran terbesar seringkali soal kehilangan penghasilan dan kebutuhan keluarga sehari-hari. Komunitas merespons dengan pengumpulan dana, pembagian tugas meng-cover shift, atau hanya sekadar memberikan makanan dan obat. Respons kolektif ini mengurangi beban ekonomi dan sekaligus menguatkan ikatan emosional. Solidaritas tersebut menumbuhkan norma sosial yang membuat anggota komunitas merasa dihargai dan terlindungi, sehingga loyalitas terhadap sesama meningkat.
Selain manfaat langsung bagi pasien, tradisi menjenguk juga memperkuat citra komunitas di mata publik. Ketika keluarga pasien menerima kunjungan rekan-rekan driver, mereka melihat sisi kemanusiaan yang seringkali terlupakan. Sikap peduli ini mematahkan stereotip tentang pekerja sektor informal yang dianggap acuh atau individualistis. Publik yang menyaksikan tindakan ini akan lebih memahami bahwa di balik profesi ada jaringan hubungan yang penuh empati. Dampak jangka panjangnya adalah peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap komunitas tersebut, yang pada gilirannya dapat membuka ruang untuk dukungan sosial dan kebijakan yang lebih ramah.
Keteraturan praktik menjenguk juga menunjukkan kapasitas komunitas untuk berorganisasi secara informal namun efektif. Penjangkauan anggota yang sakit biasanya terkoordinasi melalui grup chat atau pertemuan singkat; nama-nama yang membutuhkan bantuan terdaftar, giliran kunjungan diatur, dan sumber daya dikumpulkan. Mekanisme sederhana ini memperlihatkan kepemimpinan kolektif yang tidak selalu membutuhkan struktur formal. Keputusan diambil secara musyawarah, prioritas disepakati bersama, dan tindakan dieksekusi dengan cepat. Proses ini mencerminkan kecakapan komunitas dalam merespons masalah sosial secara praktis dan humanis.
Namun, tradisi menjenguk juga menghadirkan tantangan yang perlu mendapat perhatian. Ketergantungan berlebihan pada bantuan informal berisiko menutup mata terhadap kebutuhan perlindungan sosial yang lebih sistematis. Kunjungan dan iuran kolektif membantu dalam jangka pendek, tetapi tidak menggantikan akses pada layanan kesehatan, asuransi, atau dukungan pemerintah yang terorganisir. Oleh karena itu, Romo Darmawan menganjurkan “Sambil memelihara tradisi, komunitas ojek online, kita juga perlu merumuskan langkah-langkah untuk memperkuat perlindungan jangka panjang bagi anggota, seperti advokasi untuk jaminan sosial atau kerja sama dengan lembaga kesehatan lokal.” tuturnya.
Pada akhirnya, tradisi menjenguk rekan sakit dalam komunitas ojol adalah manifestasi paling tulus dari kebersamaan persaudaraan jalanan. Kunjungan-kunjungan itu bukan sekadar rutinitas; mereka adalah ruang di mana kerapuhan manusia diakui, diobati, dan dipeluk oleh banyak tangan. Praktik ini menegaskan bahwa komunitas bisa berfungsi sekaligus sebagai wadah koordinasi, pemersatu, dan medium sosial yang merawat anggotanya dalam suka dan duka. Kekompakan yang terus terjalin dari tindakan-tindakan sederhana inilah yang membuat komunitas ojek online tetap hidup, kuat, dan bermakna di tengah derasnya ritme kota yang makin individualistis.
( Pitut Saputra ).