faktaliputan@gmail.com
Pandeglang, 30 Juli 2025 — Kemarahan publik meledak di SDN 2 Tunggal Jaya, Kecamatan Sumur. Program Indonesia Pintar (PIP) yang semestinya menjadi bantuan langsung untuk siswa dari keluarga kurang mampu justru diduga dijadikan “mainan kekuasaan” oleh oknum kepala sekolah Supriana Suhud.
Fakta di lapangan berbicara keras: dana PIP yang semestinya disalurkan sejak tahun 2023 hingga 2025, hanya cair sebagian pada 2025, dan itu pun dengan proses yang sangat menyulitkan dan penuh tekanan. Para orang tua harus menempuh jalan panjang dan birokrasi berbelit hanya untuk mengambil hak anaknya sendiri.
"Ini bukan bantuan kalau rakyat harus ‘berdarah-darah’ dulu untuk mendapatkannya. Kami capek! Kami marah!" ungkap salah satu orang tua dengan emosi membuncah saat pembagian dana pada 28 Juli 2025 lalu.
Tak hanya dipersulit, proses penyaluran pun diduga tidak transparan, penuh intimidasi halus, dan minim sosialisasi. Warga menyebut kepala sekolah lebih banyak diam daripada menjelaskan, dan seolah menutup-nutupi kegagalan penyaluran dana tahun-tahun sebelumnya.
Pertanyaannya sederhana tapi tajam: ke mana dana PIP tahun 2023 dan 2024? Kenapa baru tahun 2025 yang disalurkan, itupun di ujung waktu dan dengan penuh tekanan?
Jika dugaan ini benar, maka yang terjadi bukan hanya kelalaian, melainkan pengkhianatan terhadap amanat negara dan penderitaan rakyat kecil. Program PIP bukan milik kepala sekolah, bukan milik dinas — itu hak anak bangsa yang harus disalurkan penuh dan tanpa syarat menyulitkan!
Masyarakat kini bersiap menuntut. Jika tidak ada klarifikasi terbuka dan penyaluran ulang secara adil dan menyeluruh, maka mereka akan melaporkan Kepala Sekolah Supriana Suhud ke Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, bahkan ke tingkat provinsi dan pusat.
"Kami sudah cukup sabar. Tapi kalau kepala sekolah tidak segera dibenahi, maka kami akan desak dicopot! Jangan jadikan sekolah ladang kuasa dan rakyat kecil jadi korban!" tegas tokoh masyarakat setempat.
Ini adalah peringatan keras: jika pihak Dinas Pendidikan hanya diam dan tidak turun langsung menindak kasus ini, maka rakyat tak akan tinggal diam. Skandal seperti ini harus dibongkar sampai ke akarnya — demi keadilan dan masa depan anak-anak negeri!