![]() |
Maritime Theology - Cover Buku (Foto Istimewa) |
Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono Luncurkan Buku ke-12 “Maritime Theology”: Perpaduan Iman dan Samudra Kehidupan
Jakarta, 2025 – Setelah lebih dari tiga dekade meniti karier di dunia pelayaran dan akademik, Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono kembali menorehkan pencapaian gemilang. Kali ini, ia meluncurkan buku ke-12 berjudul “Maritime Theology: Samudera Iman – Mengkaji Teologi Kristen Alkitabiah dalam Perspektif Ilmu Maritim”, sebuah karya monumental yang menyatukan refleksi teologis dengan pengalaman hidup di samudra.
Karya ini bukan sekadar buku teologi biasa. Ia adalah perjalanan spiritual seorang pelaut dan ilmuwan, yang mengisahkan bagaimana laut, iman, dan kehidupan saling berkaitan dalam satu makna besar: kebesaran Tuhan yang nyata di setiap ombak kehidupan.
Menulis dari Gelombang Kehidupan
Sebagai seorang kapten kapal niaga internasional, Prof. Eddy telah berlayar ke berbagai samudra dunia, menghadapi badai, kesunyian, dan keindahan laut yang tak terukur. Dari pengalaman itulah lahir inspirasi mendalam tentang bagaimana kehidupan di laut sesungguhnya merefleksikan perjalanan iman manusia.
“Laut mengajarkan tentang kepercayaan. Di tengah badai, kita belajar berserah. Di saat langit cerah, kita belajar bersyukur. Semua itu adalah bentuk nyata dari iman,” ungkap Prof. Eddy saat peluncuran bukunya di Jakarta.
Dalam Maritime Theology, Prof. Eddy mengajak pembaca menyelami kisah-kisah Alkitab yang berhubungan dengan laut — mulai dari bahtera Nuh hingga pelayanan Yesus di Danau Galilea — lalu mengaitkannya dengan prinsip-prinsip ilmu maritim, navigasi, dan kehidupan modern.
Hasilnya adalah sebuah karya yang menghadirkan teologi yang hidup dan kontekstual, menjembatani dunia iman dengan realitas profesi pelaut masa kini.
Menghubungkan Teologi dan Ilmu Pelayaran
Buku setebal sekitar 300 halaman ini memiliki kekuatan unik pada pendekatan interdisipliner. Prof. Eddy berhasil memadukan pemahaman Alkitab dengan teori dan praktik pelayaran, sebuah langkah yang belum banyak disentuh di dunia akademik Indonesia.
Menurutnya, teologi tidak seharusnya berdiri terpisah dari kehidupan nyata. Sebaliknya, teologi harus menjadi panduan praktis dalam menjalani profesi, termasuk bagi para pelaut, perwira kapal, maupun pemimpin maritim.
“Iman tanpa arah sama seperti kapal tanpa kompas,” tulisnya dalam salah satu bab buku ini. “Laut yang luas adalah gambaran kehidupan manusia. Di dalamnya ada badai, ombak, dan arus — namun dengan iman, kita selalu bisa menemukan pelabuhan keselamatan.”
Buku ini tidak hanya relevan bagi kalangan teolog, tetapi juga menjadi bacaan inspiratif bagi masyarakat maritim, akademisi, bahkan kaum muda yang ingin menemukan makna spiritual dalam profesi dan kehidupan sehari-hari.
Puncak Karya ke-12: Refleksi Intelektual dan Spiritualitas
Sebagai penulis produktif, Prof. Eddy telah menerbitkan berbagai buku sebelumnya di bidang manajemen bisnis, kepemimpinan maritim, ekonomi kelautan, dan pelayaran berkelanjutan. Namun, Maritime Theology menjadi karya paling personal sekaligus reflektif dalam perjalanan kariernya.
Buku ini merupakan bentuk perpaduan sempurna antara pengalaman empiris dan perenungan teologis, yang lahir dari kontemplasi panjang selama bertahun-tahun.
“Menulis Maritime Theology adalah perjalanan batin. Saya ingin menunjukkan bahwa laut bukan hanya tentang profesi, tapi juga tentang spiritualitas — tempat di mana manusia belajar mengenal dirinya dan Tuhannya,” ujarnya.
Sebuah Warisan bagi Dunia Maritim dan Gereja
Diterbitkan oleh Eureka Media Aksara (ISBN: 978-634-248-390-9), buku ini disebut sebagai salah satu karya teologi kontekstual maritim pertama di Indonesia. Bahasa yang digunakan lugas dan komunikatif, namun tetap sarat makna dan kedalaman akademik.
Para pembaca dari berbagai latar belakang, mulai dari pelaut, taruna pelayaran, akademisi hingga rohaniawan, memberikan tanggapan positif atas peluncuran karya ini. Banyak yang menyebutnya sebagai bacaan wajib bagi komunitas maritim, karena menghadirkan perspektif baru dalam memahami iman dan tanggung jawab manusia terhadap ciptaan Tuhan.
Selain memberikan refleksi spiritual, buku ini juga menekankan nilai etika dan tanggung jawab ekologis. Dalam konteks krisis lingkungan global, laut digambarkan bukan hanya sebagai sumber ekonomi, tetapi juga warisan ilahi yang harus dijaga dengan penuh kasih dan kesadaran moral.
Sosok di Balik Karya
Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono dikenal luas sebagai akademisi dan pelaut berpengalaman. Ia telah mengabdi di berbagai institusi pendidikan tinggi dan menjadi inspirasi bagi banyak generasi pelaut muda Indonesia.
Kecintaannya pada ilmu pengetahuan dan iman membuatnya terus produktif menulis, mengajar, dan membimbing. Dengan karya ke-12 ini, ia menegaskan bahwa keberhasilan sejati bukan hanya soal pencapaian akademik, tetapi juga kontribusi spiritual bagi sesama.
“Buku ini saya persembahkan bagi semua pelaut dan insan maritim Indonesia, agar mereka menyadari bahwa iman dapat tumbuh di mana pun — bahkan di tengah lautan yang luas,” katanya menutup wawancara.
Kesimpulan
Melalui Maritime Theology, Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono menghadirkan pesan kuat: bahwa ilmu dan iman tidak berjalan terpisah. Keduanya adalah dua sisi dari satu perjalanan besar menuju kebenaran dan kebijaksanaan hidup.
Karya ini bukan sekadar literatur teologi, melainkan refleksi kehidupan — sebuah ajakan untuk menatap laut sebagai cermin diri, dan menjadikan iman sebagai kompas sejati dalam menghadapi ombak zaman.
Dengan peluncuran buku ke-12 ini, Prof. Eddy sekali lagi membuktikan bahwa lautan pengetahuan dan lautan iman dapat berpadu menjadi satu arus besar yang mengalirkan inspirasi bagi dunia.
******
Salam Redaksi,.