Minahasa Tenggara - Faktaliputan.Com.Seorang warga Desa Basaan tewas akibat penembakan yang terjadi di tambang ilegal di Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara pada Senin (10/3/2025).
Korban-korban bernama Fernando Tongkotow (40) mendapat luka tembak di bagian belakang telinga.
Edo sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak selamat.
Sementara itu pelaku penembakan diduga anggota Brimob Polda Sulawesi Utara.
Wakapolda Sulut, Brigjend Pol Bahagia Dachi pada Selasa (11/3/2025) mengatakan, Fernando Tongkotow, bersama puluhan rekan penambang bergerak menuju lokasi penambangan ilegal.
Mereka datang dengan membawa senjata tajam jenis samurai, parang dan senapan angin, ke lokasi tambang ilegal yang berlokasi di Ason Kecamatan Ratatotok.
Kedatangan mereka diduga melakukan pencurian dan mengambil secara paksa hasil tambang.
Saat mendekati lokasi tersebut, ada sekitar 6 anggota Brimob dan 2 anggota Polda Sulut lainnya yang berjaga di lokasi tersebut.
Personil pun melakukan tembakan peringatan namun tak digubris.
Akibat peristiwa ini, tiga orang menjadi korban.
Fredo Tangkoto meninggal dunia akibat tembakan, sementara Christian Suwoth diduga terkena tembakan di kaki dan David Tontey terluka karena terjatuh.
Info tentang kericuhan tersebut langsung meluas ke masyarakat sehingga sekitar lebih dari 100 orang langsung mendatangi lokasi.
Mereka diduga melakukan pengrusakan dan pembakaran aset di tambang tersebut.
Termasuk merusak 1 unit camp, 2 sepeda motor, 1 mobil double cabin, serta menjarah karbon yang mengandung emas.
Dachi menyebut ada 8 anggota Brimob diperiksa Propam.
Ia berjanji akan mengusut kasus ini sampai tuntas.
Dachi menegaskan Kapolda Sulut Irjen Roycke Langie sudah diperintahkan agar polisi yang melakukan pelanggaran agar diproses secara tegas.
Ditreskrimum dan Ditreskrimsus Polda Sulut juga sudah melakukan olah TKP di area lokasi tambang Alasan Ratatotok dan autopsi.
Daftar anggota Brimob Polda Sulut yang diperiksa:
Aipda HT (Yanma Polda Sulut)
Bripka MN (Ditnarkoba Polda Sulut)
Bripka AL (Satbrimob Polda Sulut)
Bripka MLL (Satbrimob Polda Sulut)
Bripka WKD (Satbrimob Polda Sulut)
Bripka FM (Satbrimob Polda Sulut)
Bripka HL (Satbrimob Polda Sulut)
Bripka HS (Satbrimob Polda Sulut)
Sementara itu ayah Edo, Feldy Tongkotow menceritakan detik-detik terakhir sebelum mengetahui anaknya meninggal dunia.
Sebelum kejadian, Feldy menuturkan, dirinya dan sang anak bekerja di lokasi tambang yang berbeda dengan jarak yang cukup jauh.
Mereka biasanya beraksi malam mulai pukul 20.00 WITA hingga keesokan paginya.
Lalu, pada dini harin Feldy mengaku mendengar replika di area tambang bagian atas, yang ternyata di lokasi Edo diduga ditembak anggota Brimob.
Hingga pagi hari sekitar pukul 06.00 WITA, Feldy baru memutuskan untuk pergi ke lokasi berlisensi yang sebelumnya didengarnya.
Ia lalu mendatangi RSUP Prof Kandou Malalayang, Manado setelah mendapatkan informasi keberadaan korban dalam kejadian tersebut.
Namun, sesampainya di rumah sakit, ia mendapati bahwa korban yang dimaksud adalah anaknya sendiri.
Feldy mengatakan bahwa Fernando mengalami luka tembak di kepala sebelah kanan, tepat di atas telinga, dengan bagian belakang kepala yang hancur.
Ia meminta agar pihak berwajib segera mencari pelaku dan menindak tegas mereka yang bertanggung jawab atas kematian anaknya.
Pasca terbunuhnya Edo, warga sekitar pun mengamuk.
Bahkan, mereka sampai membakar tenda serta mobil yang ada di lokasi tambang emas ilegal tersebut.
Salah satu keluarga korban mengatakan mobil yang ada di lokasi tambang tersebut juga tak lepas dari amukan warga.
Menurut salah satu penambang, warga marah saat ingin pemakaman.
Secara terpisah, Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Michael Thamsil mengatakan bahwa pihak Propam Polda Sulut telah menyelidiki informasi keterlibatan polisi pada kasus ini.
Thamsil memastikan jika benar ada keterlibatan polisi pada peristiwa ini, dipastikan akan diproses secara hukum.
( * )