Dedi Mulyadi Janji Berhentikan Guru yang Suruh Siswa Gambar Alat Kelamin Saat Ujian Biologi, Pakar UMS Angkat Bicara

Nature



Dedi Mulyadi Janji Berhentikan Guru yang Suruh Siswa Gambar Alat Kelamin Saat Ujian Biologi, Pakar UMS Angkat Bicara

Jumat, 02 Mei 2025, Mei 02, 2025



Bandung barat -Fakta liputan.Com.Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akan memberhentikan guru yang menyuruh siswa di Bandung Barat menggambar alat kelamin saat ujian biologi. Dedi akan langsung memberhentikan guru itu besok. "Ya kalau guru itu ada, sebutin gurunya di mana? SMA mana? Besok saya berhentikan. Ya kita cek langsung," ujar Dedi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025)



Dedi tidak akan memberikan toleransi kepada guru-guru yang tidak mencerminkan semangat pendidikan. Prabowo Heran di Indonesia Ada Demo Dukung Koruptor "Pokoknya kita tidak akan ada toleransi guru-guru yang tidak mencerminkan semangat pendidikan," imbuhnya. Baca juga: Jawaban Dedi Mulyadi Saat Disebut Gubernur Konten: Turunkan Belanja Iklan dilansir dari Tribun Jabar, sebuah video yang menampilkan seorang siswa SMA tengah menggambar alat kelamin viral di media sosial. Gambar tersebut dibuat siswa sebagai isi jawaban dari soal ujian mata pelajaran Biologi. Dari penelusuran, video tersebut dibuat dan diunggah oleh guru Biologi di SMA Negeri 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Guru tersebut bernama Wety Yuningsih. Wety mengonfirmasi konten siswa menggambar alat kelamin tersebut dibuat saat dirinya menggelar ujian tentang sistem reproduksi manusia dalam mata pelajaran Biologi. 


 “Nama saya Wety Yuningsih, guru Biologi yang sudah membuat video tentang ujian reproduksi manusia,” kata Wety dalam video klarifikasi, Senin (28/4/2025). Wety pun meminta maaf karena konten yang diunggah di media sosial tersebut telah membuat gaduh publik. “Saya meminta maaf karena kurang berhati-hati dalam membuat konten yang mungkin sebaiknya tidak perlu diposting di media sosial,” ujarnya. Dia menegaskan, ujian tersebut ditujukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sistem reproduksi manusia. “Adapun konten itu sebetulnya terkait dari bagian pembelajaran biologi kelas XI tentang reproduksi, di mana siswa diharapkan untuk memahami alat reproduksinya masing-masing,” tegasnya.


, guru menyampaikan materi pelajaran tidak terlihat udel tetapi berdasarkan kriteria yang dibuat pemerintah, perencanaan pelajaran yang diketahui oleh kepsek, pengawas SMA Negeri 1 Cililin.


Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Kudus Ichda Wahyuni​​menyebut kasus seorang guru yang meminta siswa menggambar masyarakat alat kelamin dalam pelajaran Biologi memang dapat menimbulkan kontroversi, apalagi dalam yang masih menganggap pendidikan seksual sebagai hal tabu. 



Namun, Holy menegaskan penting untuk melihat konteks, pendekatan, dan tujuan dari pembelajaran tersebut secara objektif sebelum memberikan penilaian apalagi reaksi yang berlebihan terhadap sang guru. 


"Saya melihat isi kolom komentar sedikit miris, sebab akhirnya banyak tudingan dengan kata-kata tidak senonoh terhadap guru tersebut, seperti mohon maaf guru porno, guru sangean, itu kan sangat miris. Dari sini, sebenarnya siapa yang lebih layak dianggap sebagai pelaku menyampaikan seksi? Sang guru, atau mereka yang menghakimi,"ujar Rabu Suci pada (30/4/2025)



Lebih jauh lagi, kata Kudus jika kita ingin berhubungannya dengan konteks pembelajaran. Penemuan menggambar alat kelamin dalam mata pelajaran Biologi sebenarnya merupakan bagian dari pendekatan visual untuk memahami anatomi tubuh manusia. 



“Dalam ilmu biologi, memahami sistem reproduksi adalah bagian esensial dari kurikulum. Nah, jika masalah guru disampaikan secara ilmiah, edukatif, dan sesuai dengan usia perkembangan peserta didik, maka tindakan itu masuk dalam ranah pendidikan, bukan pelanggaran etika,”tegas Suci lagi. 



Holy yang merupakan Dosen PGSD tersebut menjelaskan, dalam teori konstruktivis, dengan menggambar, siswa bukan hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga aktif membangun pemahaman mereka.



Dalam banyak budaya, pembicaraan tentang organ reproduksi manusia atau seksualitas khususnya alat kelamin, masih dianggap tabu. Padahal, tabu ini justru menyampaikan pada minimnya literasi seksual di kalangan remaja. 



“Ketertutupan informasi seringkali menyebabkan mereka mencari tahu dari sumber yang tidak kredibel atau terpapar pornografi lebih dini,”imbuhnya.


Menurutnya, dari perspektif kritis Paulo Freire, pendidikan seharusnya memerdekakan dan menyadarkan manusia dari belenggu ketidaktahuan dan opresi kultural. Menjauhkan siswa dari pemahaman tubuhnya sendiri karena alasan “tabu” justru bisa menjadi bentuk pengetahuan tertentu. 



“Pendidikan seksual seharusnya tidak dipandang sebagai ancaman moral, melainkan sebagai alat untuk menciptakan manusia yang sadar akan tubuh, batas, dan tanggung jawab,”tegasnya. 



Terakhir Holy menegaskan, kasus seperti ini seharusnya menjadi pintu dialog, bukan langsung menjadi bahan penghakiman. 



“Yang perlu dikritisi adalah metode pengajarannya, apakah sesuai dengan kurikulum, usia siswa, serta pendekatan etika dan pedagogi yang baik,”pungkasnya. 

 

( M.ikbal )

TerPopuler